Senin, 28 Februari 2011

Susu Formula Berisiko Menyebabkan Otak tak Berkembang



”Risiko sistem jaringan otak tidak terbangun sebesar 20 persen,” kata Penasihat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) DKI Jakarta, Sri Purwanti Hubertin, Senin (23/8).
Hubertin mengatakan bahwa kandungan susu formula tidak sebaik kandungan nutirisi yang terdapat di dalam air susu ibu (ASI). Dia mencontohkan taurin, asam amino rantai panjang, untuk proses maturasi otak banyak terdapat di ASI dan hanya sedikit terkandung pada susu sapi.
Protein whey yang mudah diserap oleh usus bayi dan digunakan 100 persen oleh tubuh ada pada ASI. 65 Persen protein ASI berjenis whey sedangkan pada susu formula kandungan protein whey maksimal hanya 20 persen dan sisanya protein casein. Whey protein diketahui mengandung enzim, hormon, antibodi, faktor pertumbuhan, dan pembawa zat gizi.
Dalam sebuah artikel Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disebutkan susu formula lebih banyak mengandung protein casein hingga 80 persen yang sulit dicerna usus bayi yang pada akhirnya dibuang oleh bayi. Pembuangan protein casein tersebut lewat ginjal. Sehingga ginjal bayi sudah dipaksa untuk membuang casein.
Ginjal bayi yang sudah bekerja membuang protein casein, dikatakan Hubertin, menjadi salah satu pemicu banyak kasus gagal ginjal terjadi pada anak. Ia mencontohkan saat ini anak usia 14-15 tahun ada yang sudah menderita gagal ginjal.
”Risiko lain dari konsumsi susu formula adalah mudahnya terjadi pengapuran pada pembuluh darah,” kata Hubertin. Karena lemak di dalam ASI selain sebagai nutrisi juga membentuk enzim penghancur lemak yang tidak diperlukan tubuh. Pada susu formula enzim penhancur tidak terbentuk sehingga lemak berdiam di dalam tubuh yang menyebabkan pengapuran pada pembuluh darah. ”Yang terlihat saat ini banyak orang stroke muda. Salah satu penyebabnya adalah pengapuran yang terjadi pada pembuluh darah,” tutur dia.
Beberapa risiko tersebut menyebabkan pemberian ASI sangat penting bagi bayi baru lahir. Ibu harus paham betapa pentingnya ASI bagi bayi dan bila seorang wanita karir bisa menggantinya dengan Susu Kambing segar yang memiliki kandungan Gizi yangsetara ASI dan juga dapat mencerdaskan anak. Namun Hubertin menyayangkan masih banyak petugas kesehatan maupun fasilias kesehatan yang belum menyadari pentingnya ASI dan Susu Kambing Segar bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sehingga mereka kurang mendorong pemberiannya pada bayi baru lahir. 

Kamis, 24 Februari 2011

Waspadai Leukemia Pada Anak

Masih dalam rangka Hari Kanker Sedunia, Bunda perlu memperdalam lagi pengetahuan tentang kanker. Bila minggu kemarin kita membahas tentang kanker yang sering menyerang wanita, kali ini kita membahas Leukemia, yakni kanker yang paling banyak diderita oleh anak-anak. Jumlah anak yang menderita kanker terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data registrasi di 26 Rumah Sakit di DKI Jakarta tahun 2005 tercatat 187 kasus kanker pada anak 0-17 tahun dan yang paling banyak adalah Leukemia.
Leukemia adalah salah satu jenis kanker yang terdapat dalam darah. Dimulai dari sumsum tulang di mana sel-sel darah diproduksi. Proses kerjanya yaitu bertambahnya jumlah sel-sel abnormal secara berlebihan dan tidak terkendali sehingga mengganggu sel darah lainnya.

Gejala
Sebagai orangtua Bunda perlu mengetahui gejala awal dari Leukemia ini. Untuk pendeteksian awal Bunda bisa memeriksa apakah ada benjolan kecil di sekitar limpa. Caranya dengan meraba perut bagian sebelah kirinya tepat di bawah tulang rusuk. Rasakan apakah ada benjolan-benjolan kecil. Bila iya, jangan langsung panik! Ada baiknya Bunda periksakan ke dokter.
Selain gejala di atas, ada beberapa gejala lain yang bisa Bunda amati, seperti :
• Anak sering mengeluh cepat lelah walau pun tidak melakukan aktifitas lebih dari biasanya
• Berat badan turun secara terus menerus walau pun porsi makan normal
• sering mengeluh sakit kepala dan pusing
• Mimisan, atau tubuh mudah sekali berdarah dan lebam
• Wajah tampak pucat
• Adanya benjolah di ketiak atau di tenggorokan atas
• Sering mengeluh nyeri sendi dan tulang
• Mengeluarkan keringat di malam hari dan di saat yang sama mengeluh kembung dan mual

Penyakit Keturunan?
Sampai saat ini penyebab pastinya Leukemia belum ditemukan. Hanya yang diketahui proses kerjanya yakni produksi leukosit (sel darah putih) yang berlebihan dan tak kunjung mati.
Para dokter belum juga belum dapat memastikan apakah Leukemia termasuk penyakit turunan. Namun disepakati bahwa setiap manusia memiliki gen kanker. Bila seseorang memiliki riwayat kanker maka keturunannya memiliki bakat kanker.

Tindakan pengobatannya sampai saat ini masih melalui kemoterapi dan dikombinasi dengan pemberian obat-obatan. Obat-obatan ini membantu mencegah infeksi dan membantu tubuh memproduksi sel-sel darah baru. Tingkat kesembuhannya mencapai 70-80%. Selain itu pencangkokan sumsum tulang belakang bisa dilakukan dan peluang sembuhnya lebih tinggi.Mendengar hal tersebut Bunda mungkin akan merasa khawatir. Namun Bunda dapat mencegahnya dengan memberikan ASI ke buah hati tercinta dan bagi Bunda yang bekerja atau sebagai wanita karir pemberian SUSU KAMBING segar sangat dianjurkan karena kandungan zat gizi yang terkandung didalamnya 85% menyerupai ASI dan bersifat sebagai penguat imunitas tubuh bayi serta penambah vitamin pembentuk kecerdasan. Dengan memberikan ASI paling sedikit selama sebulan dapat menurunkan risiko terserang Leukimia sebesar 21 persen Sedangkan bila Bunda memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menurunkan risiko Leukimia sebesar 30 persen. Fakta tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari University of Minnesota Cancer Center, kemudian dilanjutkan dengan pemberian SUSU KAMBING sebagai asupan pengganti ASI.

                                                                                                                                                                                   Pemicu terjadinya kanker pada anak biasanya disebabkan oleh kurangnya imunitas. Leukemia hanya bisa dicegah dengan pemberian ASI eksklusif dan dilanjutkan dengan SUSU KAMBING sebagai penerusnya. Oleh karena itu diperlukan peranan ASI dan SUSU KAMBING dalam membantu kekebalan tubuh bayi. Jadi jangan ragu lagi untuk memberikan ASI dan SUSU KAMBING untuk buah hati Anda tercinta. 

Minggu, 13 Februari 2011

Susu Berbahaya Masih Beredar

Sabtu, 5 Februari 2011 | 11:57
Ditengarai masih banyak susu mengandung zat berbahaya yang beredar di kota-kota seperti jakarta [google]Ditengarai masih banyak susu mengandung zat berbahaya yang beredar di kota-kota seperti jakarta [google]

[JAKARTA] Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mendesak Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera mengumumkan nama produk susu formula bayi yang tercemar bakteri berbahaya sakazakii. 

Beberapa produk susu berzat berbahaya diindikasikan masih beredar di sejumlah kota besar seperti Jakarta dan masih meresahkan masyarakat karena tidak ada transparansi mengenai jenis produk susu yang telah terkontaminasi.

Susu formula berbakteri ditemukan pertama kali dalam hasil penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB). Saat itu, IPB mengambil sampel susu bayi yang beredar dari tahun 2003 hingga 2006. Berdasarkan hasil penelitian, didapati beberapa merek susu formula mengandung zat berbahaya enterobakteri sakazakii.

“Kami mendesak agar Kemenkes, BPOM, dan IPB segera mengumumkan nama susu yang mengandung bakteri berbahaya sakazakii. Ketiga lembaga tersebut harus segera memberikan transparansi karena membuat resah orangtua,” kata Ariest, Jumat (4/2).

Akibat penelitian IPB tersebut, sebelumnya, BPOM dan Kemenkes memutuskan untuk mengkaji kembali hasil penelitian. Pada 2008, BPOM memutuskan tidak ada susu bayi formula yang berbakteri sakazakii. Menurut Ariest, hasil penelitian tentu saja berbeda. Sebab, ada perbedaan antara sampel yang digunakan antara BPOM pada 2008 dan IPB pada 2006.

“IPB mengambil sampel produk susu yang beredar pada 2003 hingga 2006, sedangkan BPOM mengambil sampel susu tertentu yang beredar pada 2008. Tentu saja hasilnya berbeda,” ucap Ariest.

Sebelumnya, BPOM, Kemenkes, dan IPB dalam direktori putusan Mahkamah Agung (MA) Republik Indonesia No 2975 K/Pdt/2009, dianggap telah melanggar asas kepatutan, ketelitian, dan sikap hati-hati. Dalam gugatan yang diajukan David Tobing, orangtua konsumen susu formula, MA juga memutuskan perbuatan ketiga lembaga tersebut merupakan perbuatan melanggar hukum karena menimbulkan kerugian.

Setelah memenangkan orangtua konsumen, MA memutuskan BPOM, Kemenkes, dan IPB harus segera mengumumkan secara terbuka hasil penelitian yang dilakukan, termasuk nama produsen susu yang dijadikan sampel. Bila tidak segera diumumkan, Komnas PA bersama dengan pihak penggugat mengancam akan melaporkan kasus ini ke Mabes Polri.

David Tobing, pihak penggugat yang memenangkan perkara, menjelaskan, gugatan terhadap BPOM, Kemenkes, dan IPB digulirkan sejak 18 Maret 2008. Namun, sejak diputuskan oleh MA pada 26 April 2010, pihak BPOM, Kemenkes, dan IPB hingga kini belum mengumumkan nama-nama produsen susu berbakteri.

“Dari hasil putusan MA, ketiga lembaga, yakni, BPOM, Kemenkes, dan IPB harus menyebutkan satu per satu susu hasil penelitian yang mengandung bakteri sakazakii. Pengumuman harus dipublikasikan secara transparan di media. Namun hingga kini, ketiganya sama sekali tidak mematuhi putusan yang dikeluarkan MA,” kata David. [Y-7]
Dikutip dari Suara Pembaharuan